Sunday, January 25, 2009

STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM INTEGRAL DI STAI LUQMAN AL-HAKIM PESANTREN HIDAYATULLAH SURABAYA

STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM INTEGRAL
DI STAI LUQMAN AL-HAKIM PESANTREN HIDAYATULLAH SURABAYA
A.Latar belakang
Dalam karyanya yang paling monumental, Muqaddimah, Ibnu Khaldun pernah menegaskan, bahwa secara manusiawi, peradaban yang kalah itu cenderung mengikuti kepada peradaban yang lebih unggul dan lebih menang. Nampaknya, kaedah sosiologi inilah yang bisa menjelaskan fenomena budaya latah dan taklid (ikut-ikutan tanpa mengetahui alasannya) umat Islam dalam mengadopsi dan mengimpor seluruh aspek dari peradaban Barat. Globalisasi atau Westernisasi bukan hanya berlangsung dalam aspek 3F; food, fun, fashion (makanan, kesenangan, dan pakaian), seperti yang ditegaskan oleh John Naisbit, tetapi juga 1T; tought (pemikiran) Barat. Bahkan, cara kaum muslimin beriman kepada Tuhan-Nya, juga memahami kitab sucinya tidak luput dari hegemoni.1 Padahal, aspek inilah yang paling berbahaya. Sebab ini menyangkut aspek indentitas kultural, sosial budaya dan peradaban Islam. Menurut Maryam Jameela, dalam bukunya Islam Versus the West, bahwa tindakan imitatif (peniruan) terhadap pandangan hidup Barat yang berbasiskan materialisme, pragmatisme, dan filsafat sekuler, akan berujung pada pemusnahan Islam.2
Fakta ini yang kemudian diistilahkan oleh Ziauddin Sardar dengan "Imperialisme epistemologis"; suatu bentuk penjajahan intelektual yang melahirkan, merujuk pada pemikiran al-Attas, korupsi pengetahuan (the corruption of knowledge). Menurut Sardar, imperialisme ini telah berlangsung sejak 300 tahun yang lalu. Epistemologi Barat telah menjadi cara pemikiran dan penyelidikan (mode of thought and inquiry) yang dominan dewasa ini, maka masyarakat-masyarakat muslim, dan masyarakat-masyarakat di planet bumi ini sesungguhnya dibentuk menurut image (citra) Barat.3
Akibat buruk dari imprealisme, telah menyebabkan berbagai tantangan dan krisis multidimensi yang melanda di tengah-tengah masyarakat muslim. Krisis ini timbul akibat pengetahuan yang disebarkan dan dipahamkan ke seluruh dunia oleh peradaban Barat, di mana titik persolan krisis itu muncul akibat pengetahuan dan pemahaman yang tidak adil.4 Sebab utamanya, karena pengetahuan dan ilmu dalam pandangan Barat bukan didasarkan dan dikembangkan di atas fondasi agama (wahyu), melainkan dibangun di atas altar semangat penolakan dan penentangan terhadap agama (baca: Gereja). Disamping itu, sejak munculnya semangat rasionalitas sejak jaman renaissance, dalam pandangan hidup Barat, kebenaran suatu ilmu hanya didasarkan pada hal-hal yang bisa diobyektifikasi dengan indra yang kemudian diperkuat dengan spekulasi filosofis dan renungan-renungan yang bertalian terutama dengan kehidupan duniawi yang berpusat pada manusia sebagai makhluk fisik dan satwa rasional.5 Inilah yang disebut dengan kebenaran yang dibangun pada filsafat "Antroposentrisme" dimana Rene Descartes, yang dijuluki oleh sejarawan Barat sebagai bapak filsafat modern adalah pencetus awalnya. Ungkapannya yang paling terkenal "cogito ergo sum" (aku berpikir maka aku ada), telah menjadikan rasio sebagai titik tolak dari seluruh metode keilmuan dan satu-satunya kriteria untuk mengukur kebenaran dalam disiplin ilmiah Barat.6 Alhasil, ilmu dan sains Barat begitu dilematis, dikotomis, membingungkan, tidak berujung dan tidak berpangkal karena selalu on going proces,7 dan untuk pertama kalinya dalam sejarah telah menebarkan maut dan kekacauan kepada tiga kerajaan alam: satwa, nabati dan tambang.8 Pengaruh buruk ini terjadi karena salah satu pendekatan yang mereka yang lakukan ketika melakukan pengkajian adalah pendekatan anti metafisika.9 Misalnya, salah satu pernyataan Imanuel Kant (m. 1804) yang menegaskan bahwa metafisika merupakan "ilusi transenden dan pernyataan-pernyataan metafisika tidak memiliki nilai-nilai epistemologi”.10 Paradigma ini yang menyebabkan ilmu dalam kebudayaan Barat telah kehilangan nilai-nilai spiritual dan transendentalnya.
Pandangan ini lahir dari semangat sekularisme yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kultural dan sosial masyarakat Barat. Konsekuensi dari sistem sekuleristik ini lahirlah krisis-krisis yang meluluhlantakkan kehidupan umat, seperti tatanan ekonomi yang kapitalistik, prilaku politik yang opurtunistik, budaya hedonistik, kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik, sikap beragama yang sinkretistik, dan paradigma pendidikan yang materialistik.11
Semua masalah itu mengingatkan kita pada sebuah pernyataan Kurshid Ahmad yang menyatakan bahwa "...dari sekian banyak permasalahan yang merupakan tantangan dunia Islam dewasa ini adalah masalah pendidikan merupakan masalah yang paling menantang. Masa depan dunia Islam tergantung pada cara dunia Islam menjawab dan memecahkan tantangan tersebut.12

Karena itu, terapi pemecahan krisis ini harus berangkat dan bertitik tolak dari komitmen untuk kemudian berjihad dan berijtihad membersihkan (purifikasi) seluruh ilmu pengetahuan dari unsur-unsur dan pengaruh buruk peradaban Barat sekuler yang bertentangan dengan pandangan hidup Islam (Islamic worldview). Tidak ada yang bisa menolak, bahwa sesungguhnya pertumbuhan intelektual Islam tergantung pada kemampuan kita sendiri untuk membebaskan diri dari belenggu mental sistem pengetahuan Barat.13 Unsur-unsur yang harus dibersihkan dari tradisi dan intelektual Barat antara lain adalah:14
1.Konsep dualisme yang mencakup cara pandang tentang hakekat dan kebenaran
2.Dualisme antara jiwa dan jasad, pemisahan antara intellectus (intelek) dan ratio (akal)15 serta penekanan mereka pada rasio. Perpecahan metodologis mereka antara rasioanalisme dan empirisme.
3.Doktrin humanisme dan idiologi sekulernya
4.Konsep tragedi mereka, terutama dalam kesusasteraan.16
Mengingat beratnya persoalan atau krisis yang dihadapi, maka semua itu hanya mungkin dihadapi melalui solusi yang paradigmatik dan integral. Solusi paradigmatik dan integral yang dimaksud adalah dengan cara menegakkan kembali seluruh tatanan kehidupan masyarakat, termasuk di bidang pendidikannya, dengan berlandaskan pada aturan syari’at Islam.17
Dalam konteks pemecahan pelbagai krisis multidimensi dan untuk berjuang menegakkan sebuah peradaban, tentu saja peran Perguruan Tinggi (PT) sangat strategis, fundamental, sentral dan sangat menentukan. Al-Attas mengganggap universitas sebagai sebuah institusi (lembaga) yang paling kritis, yang darinya akan bermula revivalisme (kebangkitan) dan reformulasi pendidikan dan epistemologi.18 Juga, seperti yang ditegaskn oleh Hamid Fahmi Zarkasyi, di perguruan tinggi (baca: universitas) pengembangan ilmu bisa maksimal dan di universitas pula calon-calon pemimpin umat dan bangsa dapat dihasilkan.19 Dengan adanya pengembangan ilmu yang maksimal yang dielaborasi (penjabaran) dari sumber otoritas tertinggi dan dari khazanah (perbendaharaan) tradisi ilmiah para sarjana muslim diharapkan para pemikir muslim mampu menghasilkan pemikiran-pemikiran yang orisinal (asli) sehingga mampu mengalahkan seluruh bentuk pemikiran, konsep, sistem dari pandangan hidup Barat. Hal ini penting agar umat tidak lagi mengidap penyakit inferiori complex (rendah diri). Begitu pula dengan hadirnya para pemimipin di segala bidang, yang punya komitmen keislaman yang kuat, mereka nantinya diharapkan mampu membuat dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang pro syari'ah (sesuai dengan Islam), sebagai manifestasi (perwujudan) dari tanggung jawab ke-abdullah-an dan ke-khalifah-an mereka. Dalam konteks STAIL, perguruan tinggi ini diharapkan mampu meng-ukhrijat­-kan (mengalumnikan) para kepala sekolah pendidikan dan dakwah yang mampu membangun sekolah atau madrasah.
Usaha-usaha ke arah itu, merujuk pada perspektif pendidikan, sebuah tujuan pendidikan harus diterjemaahkan secara jelas dan aplikatif dalam bentuk kurikulum yang keseluruhan bagian-bagiannya bertanggung jawab untuk menghantarkan para peserta didik pada tujuan (goal) yang telah dicanangkan.
Sesuai dengan fungsi, sifat dan peran kurikulum yang bertindak sebagai sarana mencapai tujuan, maka kurikulum itu harus bersifat fleksibel dan berusaha merespon secara cerdas dan kreatif berbagai tantangan dan dinamika kehidupan. Di sinilah pentingnya usaha pengembangan kurikulum yang harus bersifat antisifatif, adaftif dan aplikatif.20
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan sfesifik.21 Proses ini berhubugan dengan seleksi dan perorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar, anatara lain penetapan jadwal pengorganisasian dan sfesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit dan garis pelajaran ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar mengajar.22Devinisi lain dari pengembangan kurikulum adalah suatu usaha menambahkan, mengurangi atau dalam beberapa hal menghilangkan unsur-unsur tertentu yang terdapat dalam komponen kurikulum.23 Hal ini dimaksudkan agar hasil dari usaha tersebut mampu menghasilkan suatu kurikulum baru yang lebih baik dan mampu mencapai tujuan pendidikan.
Jika tema pengembangan kurikulum ini dikaitkan dengan kehidupan ilmiah di Sekolah Tinggi Agama Islam luqman al-Hakim (STAIL), maka diskursus (wacana) ini sangat menarik, karena konsep kurikulum yang ada di STAIL memiliki dua bentuk kurikulum; yang pertama; kurikulum akademik dan yang kedua; adalah kurikulum kepengasuhan. Konsep kurikulum yang dikenal dengan istilah kurikulum integral ini, mungkin saja, dalam beberapa aspek dan strategi pengembangannya memiliki perbedaan dengan konsep kurikulum yang dianut oleh perguruan tinggi lain.
Pokok pokok pikiran dan gagasan besar inilah yang merangsang penulis untuk kemudian tertantang meneliti, mengkaji dan mengelaborasi bagaimana sesungguhnya strategi pengembangan kurikulum integral di STAIL Pesantren Hidayatullah Surabaya sebagai suatu upaya mereka merespon secara cerdas berbagai persoalan keummatan dan dinamika kehidupan dalam seluruh aspeknya, sehingga pengembangan kurikulum ini mampu mewujudkan tujuan-tujuan strategis mereka.
B.Rumusan Masalah
Permasalahan pokok yang dibahas dalam penelitian ini ialah bagaimana strategi pengembangan kurikulum integral di Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al-Hakim (STAIL) Pesantren Hidayatullah Surabaya?
C.Tujuan Penelitian
Berangkat dari rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (menggambarkan) strategi pengembangan kurikulum integral di Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) Pesantren Hidayatullah Surabaya
D.Mamfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
a.Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini akan berguna sebagai otokritik bagi pengembangan kurikulum integral di STAI Luqman al-Hakim pada masa-masa selanjutnya. Selanjutnya, penelitian ini juga diharapkan sebagai tambahan khazanah (perbendaharaan) keilmuan, khususnya pada disiplin pengembangan kurikulum Islam.
b.Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini akan berguna bagi :
1.Bagi STAIL, sebagai bahan otokritik dan juga sebagai literatur keilmuwan dalam bidang strategi pengembangan kurikulum
2.Siapapun, utamanya para pelaku pendidikan, yang berminat mengembangkan suatu kurikulum yang integral. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan sebagai salah satu buku panduan teoritis dan praktis bagi usaha ke arah pengembangan kurikulum integral yang lebih baik.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berupaya mendeskripsikan konsep kurikulum Islam integral di STAI Lukman Al-Hakim Pesantren Hidayatullah Surabaya.
Dalam rangka menghindari penafsiran ganda, berikut penjelasan mengenai batasan-batasan dalam penelitian ini:
1. Penelitian ini bermaksud mendeskrispsikan strategi pengembangan kurikukum integral dan alasan-alasan pengembangan kurikulum integral di STAIL (suatu analis SWOT).
2. Waktu penelitian ini adalah masa pengembangan kurikulum yang ditandai dengan adanya program Panceng; yaitu program pendidikan dan pembinaan selama dua semester (dari semester I-II) di kampus II STAIL di Panceng Gresik, yang dimulai pada tahun akademik 2006/2007 sampai masa penelitian ini dilakukan.
3. Tempat atau lokasi penelitian adalah Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al-Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya Surabaya Timur dan di kampus II STAIL di Panceng. Karena dua tempat ini adalah obyek strategi pengembangan kurikulum integral tersebut.
F. Definisi Operasional
Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari kesalahan persepsi dalam penelitian ini, maka berikut ini adalah penjelasan definitif terkait dengan kata-kata kunci (key words) dalam judul penelitian ini:
1.Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.24
2.Pengembangan adalah proses atau cara perbuatan mengembangkan.25Seda-ngkan kata mengembangkan maknanya adalah menjadikan besar (luas, merata, dsb).26
3.Kurikulum Integral adalah sebuah struktur kurikulum paradigmatik terdiri dari tiga komponen materi pendidikan utama yang sekaligus menjadi karakteristik khas, yakni: (1) aspek ruhiyah, (2) aqliyah dan (3) jismiyah. Dari ketiga karakteristik tersebut isi materi kurikulumnya terdiri dari ilmu-ilmu agama, ilmu-ilmu umum dan keterampilan.27
4.Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al-Hakim Pesantren Hidayatullah adalah lembaga Islam yang terletak di kelurahan Kejawan Putih Tambak VI/1 Surabaya Timur. Sekolah tinggi ini merupakan bagian dari program pendidikan nasional jama’ah Hidayatullah yang membuka dua jurusan; Jurusan Dakwah dengan program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) dan jurusan Tarbiyah dengan program studi Kependidikan Islam.
Jadi, maksud judul penelitian ini adalah rencana yang cermat berupa usaha dan langkah-langkah pengembangan kurikulum integral yang lakukan oleh pihak STAIL untuk mencapai sasaran atau tujuan strategis mereka.
G. Metode Penelitian
Penelian ini adalah penelitian kualitatif28 deskriptif. Penelitian deskriftif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan perkataan lain, penelitian deskriftif mengambil masalah atau memusatkan pada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya.29
Pada penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan umumnya berbentuk kata-kata, gambar-gambar, dan kebanyakan bukan angka-angka. Karena itu laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data. Data yang dimaksud meliputi transkrip wawancara, catatan data lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, nota dan dokumen resmi atau catatan lainnya.30
Idealnya sebuah riset profesional menggunakan kombinasi riset pustaka dan lapangan atau dengan penekanan pada salah satu di antaranya. Meskipun demikian sejumlah ilmuwan (dari berbagai disiplin ilmu) terutama dari kelompok kajian sejarah, sastra dan studi agama, bahkan juga kedokteran, biologi tidak selamanya tergantung dengan data primer dari lapangan.31 Karena itu, dalam penelitian ini juga akan diadakan semacam studi kepustakaan dengan menggali dan mengeloborasi tema penelitian tersebut dengan buku-buku yang relevan.
Mengkaji strategi pengembangan kurikulum integral di STAIL Pondok Pesantren Hidayatullah, peneliti menggunakan pendekatan kurikulum pendidikan Islam dan ilmu-ilmu bantu yang relevan, yang secara operasional meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1.Menghimpun data-data mengenai konsep kurikulum integral yang ada.
2.Mengkaji strategi pengembangan kurikulum integral di STAIL Pesantren Hidayatullah Surabaya.
1. Subyek Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini adalah Pembantu Ketua (PK) I bidang akademik dan Pembantu Ketua (PK) III. Karena secara de jure (hukum) dan de facto (fakta) kedua PK ini bertanggung jawab dengan hal-hal yang berkaiatan dengan kurikulum di Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al-Hakim (STAIL).
2. Sumber Data
Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitain kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya.32
Secara operasional, sumber data primer yang dimaksud, setidaknya dapat disajikan dalam beberapa poin berikut:
a.Sumber data primer yang dimaksud adalah buku induk Konsep Pendidikan Integral Pesantren Hidayatullah Surabaya yang disusun oleh Tim Departemen Pendidikan Dewan Pimpinan Pusat Hidayatullah
b.Data sekundernya meliputi buku-buku yang ditulis oleh para pakar pendidikan Islam yang memeliki relevansi dengan tema penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
Mengumpulkan data merupakan langkah yang tidak dapat dihindari dalam kegiatan penelitian dengan pendekatan apa pun, termasuk penelitian kualitatif terutama pada penelitian ini, karena desain penelitiannya tidak rigid (kaku) alias dapat dimodifikasi setiap saat, pengumpulan data menjadi satu fase yang sangat strategis bagi dihasilkannya penelitian yang bermutu.33
Untuk hasil yang maksimal peneliti menggunakan beberapa teknik berikut:
a.Interview atau wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu34. Dalam interview, proses memperoleh keterangan yang dilakukan dengan cara bertatap muka antara si peneliti dengan responden senantiasa menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).35
Yang diinterview adalah Pembantu Ketua (PK) I dan III, para Kajur dan mungkin seluruh jajaran dewan dosen STAIL
b.Pengamatan berperan serta. Bogdan mendevinisikannya sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan.36
Yang diamati dalam penelitian ini adalah hasil pengembangan kurikulum integral tersebut dalam rentang priode 2006/2007 sampai masa peneletian ini dilakukan
c.Dokumentasi menurut Guba dan Lincolin (1981: 228) mendefinisikan bahwa dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Dokumen sudah lazim digunakan dalam pendidikan sebagai sumber data, karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan meramalkan.37 Dokumentasi sebagai data pendukung merupakan teknik pengumpulan data yang telah diakui keabsahan dan kevalidannya. Data-data tertulis, dokumen resmi, buku harian dan arsip-arsip sangat dibutuhkan dalam penelitian ini.
Dalam hal ini, dokumen yang relevan adalah dokumen yang menyimpan data informasi tentang segala hal yang terkait dengan strategi pengembangan kurikulum integral di STAIL, seperti arsip, notulen rapat, atau yang lainnya yang masih berkaitan dengan tema penelitian, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dengan teknik pengumpulan data tersebut peneliti yakin kebutuhan data dengan berbagai syarat validitas dan reabilitasnya dapat terpenuhi dengan baik. Karena penelitian yang ditempuh cenderung pada upaya-upaya mengumpulkan informasi sebagai syarat untuk menjabarkan variabel secara akurat.
4. Instrumen Pengumpulan Data
Sebagaimana definisi interview di atas maka peneliti dalam hal ini akan menggunaikan interview guide berupa daftar pertanyaan yang pada masing-masing responden memiliki titik tekan yang berbeda. Sedangkan instrumen untuk teknik pengumpulan data yang berupa dokumentasi peneliti akan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Sedang untuk pengamatan (observasi) intrumen penelitian yang digunakan adalah chek list
5.Analisa Data
Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan begitu data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data mentah yang telah dikumpulkan perlu dipecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi, manipulasi serta diperas sedemikian rupa, sehingga data tersebut mempunyai makna untuk menjawab dan bermamfaat.38
Analisis Data Kualitatif (Bogdan & Biklen,1982) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.39
Analisa data juga berarti proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Dalam penelitian ini, digunakan analisis data kualitatif dengan pendekatan induktif dalam menarik kesimpulan dari data yang ada. Artinya peneliti bertolak dari fakta, informasi dan data empiris untuk membangun teori. Atau berangkat dari kasus-kasus yang bersifat khusus berdasarkan pengalaman nyata (ucapan atau perilaku subyek penelitian atau situasi lapangan penelitian), untuk kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, kategori, prinsip atau definisi yang bersifat umum.
6.Teknik Keabsahan Data
Untuk mengadakan pemeriksaan data, maka peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memamfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.40Setelah peneliti mendapatkan data-data utama yang terkait dengan tema penelitian ini, peneliti akan memcocokkan atau membandingkan dengan data-data lainnya yang diperoleh dari sumber lainnya, yaitu empat macam triangulasi; sumber, metode, penyidik, dan teori.41 Tujuannya adalah untuk membuktikan apakah data-data yang peneliti dapatkan dari sumber utama tadi benar-benar valid (kuat dan sah), signifikan (penting), dan sesuai dengan realita yang ada.
7. Sistematika Pembahasan
Untuk memahami penelitian ini, maka penulis menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut :
Bab pertama: berisi pendahuluan yang merupakan permulaan dari pembahasan skripsi yang terdiri dari; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, definisi operasional, manfaat penelititan, metode penelitian dan sistimatika pembahasan.
Bab kedua adalah kajian pustaka yang membahas konsep kurikulum integral strategi pengembangan kurikulum Integral di STAIL.
Bab ketiga adalah metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, jenis dan sumber data, subyek dan obyek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, teknik analisa dan interpretasi data hasil penelitian.
Bab keempat adalah sajian hasil data penelitian yang meliputi :
a.Profil singkat STAIL
b.Strategi Pengembangan kurikulum integral di STAIL
Bab kelima adalah penutup yang merupakan kesimpulan dan saran-saran untuk dapat menjadi bahan pertimbangan dan dikembangkan lebih lanjut.






DAFTAR PUSTAKA

Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1978. Islam dan Sekularisme. Diterjemaahkan oleh Karsidjo Djojosuwarno. 1981. Bandung: Penerbit Pustaka.

.1980. Konsep Pendidikan dalam Islam;Suatu Rangka Pikir ke Arah Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam. Diterjemaahkan oleh Haidar Bagir. 1994. Bandung: Penerbit Mizan.

Armas, Adnin. 2005. Werternisasi dan Islamisasi, Islamia, 1 (6): 9.
Tim Departemen Pendidikan Dewan Pimpinan Pusat Hidayatullah t.t., t.p., t.t. Buku Induk Seri Konsep Sekolah Integral

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
Daud, Wan Mohd Nor Wan. 1998. Filsafat dan Praktek Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas. Diterjemaahkan oleh Hamid Fahmy, M. Arifin Isma’il, dan Iskandar Amel. 2003. Bandung: Teraju Mizan.

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Husaini, Adian. 2005. Wajah Peradaban Barat; dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler-Liberal. Jakarta: Gema Insani Press.

Muhaimin. 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam.Yogjakarta: Pustaka Pelajar

Moeleong, Lexi J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Poerwadarminta, W.J.S. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Sardar, Ziauddin. 1998. Jihad Intelektual,Merunuskan Parameter-Parameter Sains Islam. Diterjemaahkan oleh AE Priyono. 1998. Surabaya: Risalah Gusti.

(Ed). 2000. Merombak Pola Pikir Intelektual Muslim. Diterjemaahkan oleh Agung Prihantoro dan Fuad Arif Fudyartanto. 2000. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Zarkasyi, Hamid Fahmy. 2008. Peran Sentral Universitas Islam, Islamia 3 (3): 5
Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Qomar, Mujammil. 2002. Epistmelogi Pendidikan Islam; dari Metode Rasional hingga Metode Kritik. Jakarta: Penerbir Erlangga.