Wednesday, May 25, 2011

HADIST TENTANG KEWAJIBAN MENGAJARKAN AL-QUR’AN KEPADA ANAK

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia diciptakan Allah dengan berbagai potensi yang dimilikinya, tentu dengan alasan yang sangat tepat potensi itu harus ada pada diri manusia, sebagaimana sudah diketahui manusia diciptakan untuk menjadi khalifatullah fil ardh. Potensi yang dimiliki manusia tidak ada artinya kalau bukan karena bimbingan dan hidayah Allah yang terhidang di alam ini. Namun manusia tidak pula begitu saja mampu menelan mentah-mentah apa yang dia lihat, kecuali belajar dengan megerahkan segala tenaga yang dia miliki untuk dapat memahami tanda-tanda yang ada dalam kehidupannya. Tidak hanya itu, manusia setelah mengetahui wajib mengajarkan ilmunya agar fungsi kekhalifahan manusia tidak terhenti pada satu masa saja, Dan semua itu sudah diatur oleh Allah SWT.
Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan manusia. Tanpa ilmu manusia akan tersesat dari jalan kebenaran. Tanpa ilmu manusia tidak akan mampu merubah suatu peradaban. Bahkan dirinyapun tidak bisa menjadi lebih baik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Tafsir Ijmali.
2. Jelaskan fungsi dan pengaruh pendidikan Al-Qur’an terhadap perkembangan kognitif dan afektif anak.
3. Menjelaskan cara menumbuhkan kecintaan kepada Al-Qur’an pada diri anak.
4. Menjelaskan cara mudah mengajarkan dan menghafal Al-Qur’an untuk anak-anak.

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian atau definisi Tafsir ijmali.
2. Untuk mengetahui fungsi dan pengaruh pendidikan Al-Qur’an terhadap perkembangan kognitif dan afektif anak.
3. Untuk mengetahui cara menumbuhkan kecintaan kepada Al-Qur’an pada diri anak.
4. Untuk menjelaskan cara mudah mengajarkan dan menghafal Al-Qur’an untuk anka-anak.






BAB II
PEMBAHASAN
HADIST TENTANG KEWAJIBAN MENGAJARKAN AL-QUR’AN KEPADA ANAK

A. TAFSIR IJMALI

Munculnya berbagai model dan metode penafsiran terhadap al-Qur’an dalam sepanjang sejarah umat Islam merupakan salah satu bentuk upaya membuka dan menyingkap pesan-pesan teks secara optimal sesuai dengan kemampuan dan kondisi sosial sang mufasir. Salah satu metode penafsiran yang telah digunakan oleh sebagian mufasir dalam sejarah penafsiran umat Islam adalah metode Ijmali, seperti yang akan diuraikan dalam tulisan ini. Metode tafsir ijmali merupakan salah satu dari 4 metode penafsiran (maudlu’i, muqaran dan tahlili)yang pernah berkembang di kalangan umat Islam dan diterapkan menjadi beberapa kitab tafsir.
Secara definitif, metode Ijmali (global) ialah mencoba menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an secara ringkas dan padat, tetapi mencakup (global). Metode ini mengulas setiap ayat al-Qur’an dengan sangat sederhana, tanpa ada upaya untuk memberikan pengkayaan dengan wawasan yang lain, sehingga pembahasan yang dilakukan hanya menekankan pada pemahaman yang ringkas dan bersifat global. Dalam metode ini, mufasir berupaya untuk menjelaskan makna-makna al-Qur’an dengan uraian singkat dan mudah dipahami oleh pembaca dalam semua tingkatan, baik tingkatan orang yang memiliki pengetahuan yang ala kadarnya sampai pada orang yang berpengetahuan luas.
Dengan kata lain, metode tafsir ijmali menempatkan setiap ayat hanya sekedar ditafsirkan dan tidak diletakkan sebagai obyek yang harus dianalisa secara tajam dan berwawasan luas, sehingga masih menyiasakan sesuatu yang dangkal, karena penyajian yang dilakukan tidak terlalu jauh dari gaya bahasa al-Qur’an, sehingga membaca tafsir yang dihasilkan dengan memakai metode ijmali, layaknya membaca ayat al-Qur’an. Uraian yang singkat dan padat membuat tafsir dengan metode ijmali tidak jauh beda dengan ayat yang ditafsirkan.
Metode ijmali yang dipakai oleh para mufasir memang sangat mudah untuk dibaca karena tidak mengandalkan pendekatan analitis, tetapi dilakukan dengan pola tafsir yang mudah dan tidak berbelit-belit, walaupun masih menyisakan sesuatu yang harus ditelaah ulang. Metode ijmali memiliki tujuan dan target bahwa pembaca harus bisa memahami kandungan pokok al-Qur’an sebagai kitab suci yang memberikan petunjuk hidup.
Proses penafsiran dengan menggunakan metode ijmali sebenarnya tidak jauh beda dengan metode-metode yang lain, terutama dengan metode tahlili( analitis). Mekanisme penafsiran dengan metode ijmali dilakukan dengan cara menguraikan ayat demi ayat ayat serta surat demi surat yang ada dalam al-Qur’an secara sistematis. Semua ayat ditafsirkan secara berurutan dari awal sampai akhir secara ringkas dan padat dan bersifat umum. Uraian yang dilakukan dalam metode ini mencakup beberapa aspek uraian terkait dengan ayat-ayat yang ditafsirkan, antara lain :
1. Mengartikan setiap kosakata yang ditafsirkan dengan kosakata yang lain yang tidak jauh menyimpang dari kosa kata yang ditafsirkan.
2. Menjelaskan konotasi setiap kalimat yang ditafsirkan sehingga menjadi jelas.
3. Menyebutkan latar belakang turunnya (azbabun nuzul) ayat yang ditafsirkan, walaupun tidak semua ayat disertai dengan azbabun nuzul. Azbabun nuzul ini dijadikan sebagai pelengkap yang memotivasi turunnya ayat yang ditafsirkan. Azbabun nuzul menjadi sangat urgen, karena dalam azbabun nuzul mencakup beberap hal : (a) peristiwa, (b) pelaku, dan (c) waktu.
4. Memberikan penjelasan dengan pendapat-pendapat yang telah dikeluarkan berkenaan dengan tafsiran ayat-ayat tersebut, baik yang disampaikan oleh Nabi, sahabat, tabi’in maupun tokoh tafsir.
Ciri khas metode ijmali, antara lain. Petama, mufasir langsung menafsirkan setiap ayat dari awal sampai akhir, tanpa memasukkan upaya perbandingan dan tidak disertai dengan penetapan judul, seperti yang terjadi pada metode komparatif (muqaran) dan metode maudhu’i (tematik). Kedua, penafsiran yang sangat ringkas dan bersifat umum, membuat metode ini lebih sanat tertutup bagi munculnya ide-ide yang lain selain sang mufasir untuk memperkawa wawasan penafsiran. Oleh karena itu, tafsir ijmali dilakukan secara rinci, tetapi ringkas, sehingga membaca tafsir dengan metode ini mengesankan persis sama dengan membaca al-Qur’an. Ketiga, dalam tafsir-tafsir ijmali tidak semua ayat ditafsirkan dengan penjelasan yang ringkas, terdapat beberapa ayat tertentu (sangat terbatas) yang ditafsirkan agak luas, tetapi tidak sampai mengarah pada penafsiran yang bersifat analitis. Artinya, walaupun ada beberapa ayat yang ditafsirkan agak panjang, hanya sebatas penjelasan yang tidak analitis dan tidak komparatif.
B. MENJELASKAN FUNGSI DAN PENGARUH PENDIDIKAN AL-QUR’AN TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN AFEKTIF ANAK.
Belajar Al-Qur’an tidah hanya dilakukan pada anak-anak usia sekolah, remaja, dan orang dewasa. Tetapi belajar Al-Qur’an dan mengajarkan al-qur’an sudah harus dilakukan sejak anak masih dalam bentuk janin. Kendati pun secara ril, pendidikan anak dilakukan sejak dia dilahirkan, namumn islam menganjurkan agar orang tua mempersiapkan pendidikan anaknya jauh dari hari sebelum anaknya lahir, yaitu sejak ia memilih jodoh.
Kendati menurut anjuran islam bahwa pendidikan al-qur’an dimulai dari anak masih dalam kandungan, tetapi pada prakteknya kita akan lebih memfokuskan pembahasan kita pada fase masa kanak-kanak dan akhir masa kanak-kanak (usia 0-12 tahun). Dimana pada fase ini anak-anak sudah mampu menerima rangsangan pelajaran-pelajaran yang kita berikan, dan biasanya pada fase ini anak-anak masih sangat mudah untuk di kita arahkan.
Pada fase awal yaitu pada umur 0-6 tahun anak-anak memiliki kecenderungan untuk bermain dan melakkan berbagai percobaan terhadap segala sesuatu yang ada disekitarnya. Pada fase ini orang tua memiliki peranan penting untuk mengarahkannya. Begitu juga pada fase akhir kanak-kanak (6-12), dalam kondisi normal pikiran anak pada usia ini berkembang secara berangsur-angsur dan mulai tenang. Al-Abrasyi menambahkan bahwa fase ini anak memiliki daya ingat yang sangat kuat sehingga dia mampu menghafal beberapa ayat al-qur’an,
Fungsi pendidikan al-qur’an terhadap perkembangan kognitif dan afektif anak secara umum ialah Meningkatkan perkembangan moral anak dan Kemampuan anak untuk menghafal serta memahami Ayat Al-Qur’an sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan mengembangkan daya ingatnya dan pemahamannya serta meningkatkan daya pikirnya untuk mampu memecahkan suatu persoalan yang dia hadapi baik secara akademik maupun secara nonakademik. Kemudian pengaruh pendidikan al-Qur’an terhadap perkembangan anak secara kognitif ialah mempengaruhi daya ingat, pemahaman, dan pemecahan masalah (daya nalar) anak-anak. Kemudian jika kita tinjau secara afektif pendidikan al-qur’an ini akan berpengaruh terhadap kondisi moralnya, sehingga si anak akan mampu berorientasi sebagaimana seseorang harus bersikap, dan anak akan terbiasa berprilaku sosial yang baik ditunjukan dengan bebrapa sikap, diantaranya: (a) terbiasa mengucapkan ucapan yang baik, (b) ramah, (c) sopan santun, (d) saling menghormati, (e) mulai menunjukan sikap peduli, dan (f) timbul sikap kerjasama dan persatuan. Sedangkan sikap anak yang terbiasa mengikuti aturan ditunjukan dengan beberapa sikap, yaitu: (a) mulai tumbuh disiplin, (b) belajar bertanggung jawab, (c) menjaga kebersihan diri serta terbiasa menguruss diri sendiri, dan (d) mulai dapat membedakan perbuatan yang benar yang salah.
C. MENJELASKAN CARA MENUMBUHKAN KECINTAAN KEPADA AL-QUR’AN PADA DIRI ANAK.
Setiap orang tua pasti menginginkan buah hatinya menjadi anak yang shalih dan shalihah. Anka sahalih shalihah merupakan harta yang paling berharga bagi orang tua. Untuk mendapatkan semua itu, tentu harus ada upaya keras dari orang tua dalam mendidik anak. Salah satu yang wajib diajarkan kepada manusia. Rasulullah saw. pernah bersabda (yang artinya):
“Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai Nabimu; mencintai ahlul baitnya; dan memba Al-Qur’an karena orang-orang yang memelihara Al-Qur’an itu berada dalam lingkungan singasana Allah pada hari ketika tidak ada perlindungan selain dari pada perlindungan-Nya; mereka beserta para Nabi-Nya dan orang-orang suci”. (HR. Ath Thabrani).
Menanamkan rasa cinta anak terhadap Al-Qur’an pertama kali harus dilakukan di dalam keluarga, yaitu dengan metode keteladanan. Karena jika kita menginginkan anak mencintai Al-Qur’an, maka jadikanlah keluarga kita sebagai suri teladan yang baik dengan cara berinteraksi secara baik dengan Al-Qur’an. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara memuliakan kesucian Al-Qur’an, misalnya memilih tempat paling mulia dan paling tinggi untuk meletakkan mushaf Al-Qur’an, tidak menaruh barang apapun di atasnya dan tidak meletakkannya di tempat yang tidak layak, bahkan membawanya dengan penuh kehormatan dan rasa cinta, sehingga hal tersebut akan merasuk ke dalam alam bawah sadarnya bahwa mushaf Al-Qur’an adalah sesuatu yang agung, suci, mulia, dan harus dihormati, dicintai, dan disucikan.
Sering memperdengarkan Al-Qur’an di rumah dengan suara merdu dan syahdu, serta memperlihatkan pada anak kecintaan kita pada Al-Qur’an, misalnya dengan cara rutin membacanya.
Metode-metode yang bisa digunakan agar anak kita mencintai Al-Qur’an diantaranya adalah:
1. Bercerita /mendongengkan kepada anak dengan kisah-kisah yang diambil dari Al-Qur’an.
Mempersiapkan cerita untuk anak dapat menjadikannya mencintai Allah Ta’ala dan Al-Qur’an Al-Karim, karena dengan mendongeng anak tidak hanya sekedar mendengarkan isi cerita yang kita sampaikan namun mereka juga menggunakan imajinasinya dalam menyimak cerita yang kita bawakan. Terbangunnya sebuah imajinasi dalam pikiran anak akan melekat hingga ke alam bawah sadarnya. apalagi jika anak kita sampai tertidur mendengar cerita kita.
Menurut sebuah penilitian si fakultas psikologi Canada (dikutip dari detik news) fase tidur manusia terbagi dalam 4 fase :
1. Fase menjelang tidur. dalam fase ini biasanya kesadaran kita masih diatas 75%. dalam fase ini otak mampu merekan hal2 yang terjadi disekitar kita.
2. Fase menjelang tidur lelap. Dalam fase ini kesadaran yang bekerja adalah dibawah 30% dan kesadaran alam bawah sadar mulai bekerja hingga 70%. ini adalah fase yang sangat baik untuk menasehati dan menanamkan apapun dalam diri anak. sebuah penelitian yang tercatan 80% anak nakal / hiperaktif menjadi lebih baik setelah mendapat terapi nasehat dalam fase ini. selama 1-2bulan. Dan tingkat kecerdasan anak meningkat hinga 60% setelah mendapat masukan positive (pujian, lagu2 yang menenangkan dan ungkapan cinta orang tua).
3. Fase tidur lelap. Dalam fase ini kesadaran bawah sadar kita bekerja 100%. Mimpi berlangsung pada fase ini.
4. Fase post-tidur lelap. fase ini hampir sama dengan fase kedua, hanya saja tingkat kemampuan merespon masukan dari luar lebih lemah dibandingkan fase kedua.
Fase yang baik bagi manusia untuk memeperbaiki kualitas psikologis adalah pada fase dua dan empat. Jika kita ingin menanamkan kecintaan anak terhadap Al-Qur’an dan mengembangkan kualitas psikis anak kita maka pergunakanlah kedua fase terbaik ini untuk hal tersebut.
Akan lebih bagus jika kisah-kisah dogeng bagi anak-anak kita diambil dari Al-Qur’an secara langsung, seperti kisah tentang tentara gajah yang menghancurkan Ka’bah, kisah perjalanan nabi Musa dan nabi Khidir, kisah Qarun, kisah nabi Sulaiman bersama ratu Bilqis dan burung Hud-hud, kisah tentang Ashabul Kahfi, dan lain-lain.
Sebelum kita mulai bercerita kita katakan pada anak, “Sekarang saatnya untuk menjelajahi kisah-kisah seru yang ada di Al-Qur’an.” Sehingga rasa cinta anak terhadap cerita-cerita itu dengan sendirinya akan terikat dengan rasa cintanya pada Al-Qur’an. Namun, dalam menyuguhkan cerita pada anak harus diperhatikan pemilihan waktu yang tepat, pemilihan bahasa yang cocok, dan kalimat yang terkesan, dan alur yang merangsang imajinasi mereka. Sehingga hal ini akan memberi pengaruh yang kuat pada jiwa dan akal anak.
2. Sabar dalam menghadapi anak.
Misalnya ketika anak belum bersedia menghafal pada usia ini, maka kita harus menangguhkannya sampai anak benar-benar siap. Jangan pernah memaksakan kehendak, karena ini dapat memberikan trauma pada anak. Anak-anak yang mengalami trauma akan sulit untuk menerima apapun. Bahkan dapat mengakibatkan kebencian dalam hati mereka. Namun kita harus selalu memperdengarkan bacaan Al-Qur’an kepadanya.
3. Menggunakan metode pemberian penghargaan untuk memotivasi anak.
Misalnya jika anak telah menyelesaikan satu surat kita ajak ia untuk jalan-jalan/rekreasi, atau dengan menggunakan lembaran prestasi/piagam penghargaan, sehingga anak akan semakin terdorong untuk mengahafal Al-Qur’an.
4. Menggunakan semboyan untuk mengarahkan anak mencintai Al-Qur’an.
Misalnya :
Saya mencintai Al-Qur’an.
Al-Qur’an Kalamullah.
Allah mencintai anak yang cinta Al-Qur’an.
Saya suka menghafal Al-Qur’an.Atau sebelum menyuruh anak memulai menghafal Al-Quran, kita katakan kepada mereka, “Al-Qur’an adalah kitab Allah yang mulia, orang yang mau menjaganya, maka Allah akan menjaga orang itu. Orang yang mau berpegang teguh kepadanya, maka akan mendapat pertolongan dari Allah. Kitab ini akan menjadikan hati seseorang baik dan berperilaku mulia.”
5. Menggunakan sarana menghafal yang inovatif.
Hal ini disesuaikan dengan kepribadian dan kecenderungan si anak (cara belajarnya), misalnya :
• Bagi anak yang dapat berkonsentrasi dengan baik melalui pendengarannya, dapat menggunakan sarana berupa kaset, atau program penghafal Al-Qur’an digital, agar anak bisa mempergunakannya kapan saja, serta sering memperdengarkan kepadanya bacaan Al-Qur’an dengan lantunan yang merdu dan indah.
• Bagi anak yang peka terhadap sentuhan, memberikannya Al-Qur’an yang cantik dan terlihat indah saat di bawanya, sehingga ia akan suka membacanya, karena ia ditulis dalam lembaran-lembaran yang indah dan rapi.
• Bagi anak yang dapat dimasuki melalui celah visual, maka bisa mengajarkannya melalui video, komputer, layer proyektor, melalui papan tulis, dan lain-lain yang menarik perhatiannya.
6. Memilih waktu yang tepat untuk menghafal Al-Qur’an.
Hal ini sangat penting, karena kita tidak boleh menganggap anak seperti alat yang dapat dimainkan kapan saja, serta melupakan kebutuhan anak itu sendiri. Karena ketika kita terlalu memaksa anak dan sering menekannya dapat menimbulkan kebencian di hati anak, disebabkan dia menanggung kesulitan yang lebih besar. Oleh karena itu, jika kita ingin menanamkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an di hati anak, maka kita harus memilih waktu yang tepat untuk menghafal dan berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Adapun waktu yang dimaksud bukan saat seperti di bawah ini:
• Setelah lama begadang, dan baru tidur sebentar,
• Setelah melakukan aktivitas fisik yang cukup berat,
• Setelah makan dan kenyang,
• Waktu yang direncanakan anak untuk bermain,
• Ketika anak dalam kondisi psikologi yang kurang baik,
• Ketika terjadi hubungan tidak harmonis anatara orangtua dan anak, supaya anak tidak membenci Al-Qur’an disebabkan perselisihan dengan orangtuanya.
Kemudian hal terakhir yang tidak kalah penting agar anak mencintai Al-Qur’an adalah dengan membuat anak-anak kita mencintai kita, karena ketika kita mencintai Al-Qur’an, maka anak-anak pun akan mencintai Al-Qur’an, karena mereka mengikuti orang yang dicintai. Adapun beberapa cara agar anak-anak kita semakin mencintai kita antara lain:
• Senantiasa bergantung kepada Allah, selalu berdo’a kepada Allah untuk kebaikan anak-anak. Dengan demikian Allah akan memberikan taufikNya dan akan menyatukan hati kita dan anak-anak.
• Bergaul dengan anak-anak sesuai dengan jenjang umurnya, yaitu sesuai dengan kaedah, “Perlakukan manusia menurut kadar akalnya.” Sehingga kita akan dengan mudah menembus hati anak-anak.
• Dalam memberi pengarahan dan nasehat, hendaknya diterapkan metode beragam supaya anak tidak merasa jemu saat diberi pendidikan dan pengajaran.
• Memberikan sangsi kepada anak dengan cara tidak memberikan bonus atau menundanya sampai waktu yang ditentukan adalah lebih baik daripada memberikan sangsi berupa sesuatu yang merendahkan diri anak. Tujuannya tidak lain supaya anak bisa menghormati dirinya sendiri sehingga dengan mudah ia akan menghormati kita.
• Memahami skill dan hobi yang dimiliki anak-anak, supaya kita dapat memasukkan sesuatu pada anak dengan cara yang tepat.
• Berusaha dengan sepenuh hati untuk bersahabat dengan anak-anak, selanjutnya memperlakukan mereka dengan bertolak pada dasar pendidikan, bukan dengan bertolak pada dasar bahwa kita lebih utama dari anak-anak, mengingat kita sudah memberi makan, minum, dan menyediakan tempat tinggal. Hal ini secara otomatis akan membuat mereka taat tanpa pernah membantah.
• Membereskan hal-hal yang dapat menghalangi kebahagiaan dan ketenangan hubungan kita dengan anak-anak.
• Mengungkapkan rasa cinta kepada anak, baik baik dengan lisan maupun perbuatan
D. MENJELASKAN CARA MUDAH MENGAJARKAN DAN MENGHAFAL AL-QUR’AN UNTUK ANAK-ANAK.
“Sebaik-baik orang diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).
“Barang siapa membaca satu huruf dari Alquran, maka ia akan memperoleh kebaikan. Kebaikan itu berlipat sepuluh kali. Aku tidak mengatakan, Alif Laam Miim satu huruf, akan tetapi, Alif adalah huruf, Lam huruf, dan Mim huruf.” (At Tirmidzi. Nomor:3075).
Hadis ini menunjukkan akan keutamaan membaca Alquran. Suatu ketika Sufyan Tsauri ditanya, manakah yang engkau cintai orang yang berperang atau yang membaca Alquran? Ia berkata, membaca Alquran, karena Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya kepada orang lain”. Imam Abu Abdurrahman As-Sulami tetap mengajarkan Alquran selama empat puluh tahun di mesjid agung Kufah disebabkan karena ia telah mendengar hadis ini. Setiap kali ia meriwayatkan hadis ini, selalu berkata: “Inilah yang mendudukkan aku di kursi ini”.
Al Hafiz Ibnu Katsir dalam kitabnya Fadhail Quran halaman 126-127 berkata: [Maksud dari sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkan kepada orang lain" adalah, bahwa ini sifat-sifat orang-orang mukmin yang mengikuti dan meneladani para rasul. Mereka telah menyempurnakan diri sendiri dan menyempurnakan orang lain. Hal itu merupakan gabungan antara manfaat yang terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada orang lain.
DariAbdullah bin Masud ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda kepadaku: Bacakan Alquran kepadaku. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, aku harus membacakan Alquran kepada baginda, sedangkan kepada bagidalah Alquran diturunkan? Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya aku senang bila mendengarkan dari orang selainku. Kemudian aku membaca surat An-Nisa'. Ketika sampai pada ayat yang berbunyi: {Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (umatmu).} Aku angkat kepalaku atau secara mendadak ada seseorang berada di sampingku. Dan ketika aku angkat kepalaku, aku melihat beliau mencucurkan air mata. (Sahih Muslim No: 1332)
Imam Nawawi berkata (Ada beberapa hal yang dapat dipetik dari hadis ini, di antaranya: sunat hukumnya mendengarkan bacaan Alquran, merenungi, dan menangis ketika mendengarnya, dan sunat hukumnya seseorang meminta kepada orang lain untuk membaca Al Quran agar dia mendengarkannya, dan cara ini lebih mantap untuk memahami dan mentadabburi Al Quran, dibandingkan dengan membaca sendiri).
Dari uraian diatas dapar kita pahami bahwa betapa pentingnya untuk mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an terutama kepada anak-anak. Dibawah ini ada beberapa fungsi mempelajari dan menajarkan serta mendorong kepada anak-anak untuk mempelajari Al-Qur’an diantaranya :
• untuk mendapatkan ridho Allah
• untuk mendapatkan ketenangan hidup.
• karena Al Qur’an akan menjadi penolong (syafa’at) bagi para penghafalnya.
• penghafal Al-Qur’an dapat memberikan syafaat bagi keluarganya
• mendapatkan banyak kemuliaan dan pahala yang berlimpah
Prinsip-prinsip mengajarkan Al-Qur’an:
• Tidak boleh memaksa anak ( kecuali dengan alasan, misalkan watak anak ‘pemalas’ )
• Lakukan kegiatan dengan cara menyenangkan
• Dimulai dari ayat-ayat yang mudah difahami
• Keteladanan dan motivasi
Kunci keberhasilan mengajarkan anak untuk menghafal Al-Qur’an:
• Suasana senang dan membahagiakan akan membantu anak untuk mengingat hafalannya dalam waktu yang lama, dengan demikian anak akan berinteraksi dengan Al-Qur’an dengan perasaan cinta dan keterikatan terhadap Al-Qur’an.
• Berulang dan kontinyu
Cara memelihara dan mengembangkan memori anak:
• Ajari anak untuk fokus dan perhatian pada pendidiknya.
• Faktor makanan adalah penentu untuk terpelihara kemampuan memori itu bekerja (zat-zat adiktif yang terdapat dalam makanan, perlahan tapi pasti akan merusak daya ingat anak-anak).
• Memberi penjelasan pada anak-anak atas nilai-nilai yang terkandung dalam bacaan yang dihafalnya, maka memori akan bekerja lebih eksis.
• Menghormati waktu bermain dan waktu istirahat anak.
• Jauhkan unsur-unsur yang dapat mengancam psikologi anak-anak ; celaan dan tekanan.
• Ciptakan motivasi-motivasi agar anak cenderung menyukai aktifitas menghafal
Waktu-waktu yang tepat untuk mengajarkan anak menghafal Al-Qur’an:
• Tidak mengantuk
• Tidak letih / kelelahan
• Tidak kekenyangan atau sebaliknya, tidak sedang kelaparan
• Tidak dalam keadaan capek belajar
• Tidak sedang bermain
• Tidak dalam keadaan sakit / bad mood
Yang perlu diperhatikan tentang bakat anak dalam menghafal:
• Kenali bakat anak-anak dan hargai minat mereka.
• Fahami keterbatasan daya ingat anak karena tiap anak itu beda kemampuannya
• Kenali anak-anak yang memiliki kesulitan dalam belajar dan berinteraksi
TEKNIS PENGAJARAN
Bayi ( 0-2 tahun )
• Bacakan Al-Qur’an dari surat Al-Fatihah
• Tiap hari 4 kali waktu ( pagi, siang, sore, malam )
• Tiap 1 waktu satu surat diulang 3x
• Setelah hari ke-5 ganti surat An-Nas dengan metode yang sama
• Tiap 1 waktu surat yang lain-lain diulang 1x 2.
Di atas 2 tahun
• Metode sama dengan teknik pengajaran bayi. Jika kemampuan mengucapkan kurang, maka tambah waktu menghafalnya, misal dari 5 hari menjadi 7 hari.
• Sering dengarkan murottal.
Di atas 4 tahun
• Mulai atur konsentrasi dan waktu untuk menghafal serius
• Ajari muroja’ah sendiri * Ajari mengahfal sendiri
• Selalu dimotivasi supaya semangat selalu terjaga
• Waktu menghafal 3-4x per hari
CARA MENJAGA HAFALAN
• Mengulang-ulang secara teratur
• Mendengarkan murottal
• Mentadabburi dan menghayati makna
• Menjauhi maksiat


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Menanamkan rasa cinta anak terhadap Al-Qur’an pertama kali harus dilakukan di dalam keluarga, yaitu dengan metode keteladanan. Karena jika kita menginginkan anak mencintai Al-Qur’an, maka jadikanlah keluarga kita sebagai suri teladan yang baik dengan cara berinteraksi secara baik dengan Al-Qur’an. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara memuliakan kesucian Al-Qur’an, misalnya memilih tempat paling mulia dan paling tinggi untuk meletakkan mushaf Al-Qur’an, tidak menaruh barang apapun di atasnya dan tidak meletakkannya di tempat yang tidak layak, bahkan membawanya dengan penuh kehormatan dan rasa cinta, sehingga hal tersebut akan merasuk ke dalam alam bawah sadarnya bahwa mushaf Al-Qur’an adalah sesuatu yang agung, suci, mulia, dan harus dihormati, dicintai, dan disucikan. Sering memperdengarkan Al-Qur’an di rumah dengan suara merdu dan syahdu, serta memperlihatkan pada anak kecintaan kita pada Al-Qur’an, misalnya dengan cara rutin membacanya. Metode-metode yang bisa digunakan agar anak kita mencintai Al-Qur’an diantaranya adalah:
1. Bercerita /mendongengkan kepada anak dengan kisah-kisah yang diambil dari Al-Qur’an.
2. Sabar dalam menghadapi anak.
3. Menggunakan metode pemberian penghargaan untuk memotivasi anak.
4. Menggunakan semboyan untuk mengarahkan anak mencintai Al-Qur’an.
5. Menggunakan sarana menghafal yang inovatif.
6. Memilih waktu yang tepat untuk menghafal Al-Qur’an.
Kemudian yang tepenting bahwa ajarkan pendidikan Al—Qur’an dan tentang Islam sejak anak didalam kandungan agar anak terbiasa dengan aturan-aturan agama Islam ssehingga hal ini akan berpengaruh terhadap fungsi kognitif dan afektif si anak yang kemudian akan dian realissasikan didalam kehidupannya sehari-hari. selain itu juga agar anak selalu mencintai al-qur’an dan islam, adalah peranan orang tua untuk dapat mengarahkan dan juga menjadi tauladan serta contoh bagi anak-anaknya, ssehingganya kita sebagai orang tua pun harus mmampu menjalankan syari’at islam secara benar dan juga mencintai Al-Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA


www.google.com :
http://repository.upi.edu/operator/upload/t_pd_0809550_chapter1.pdf
http://www.scribd.com/doc/2522545/kognitifafektifpsikomotordetail
http://sutisna.com/artikel/artikel-kependidikan/fase-fase-perkembangan-anak-dan-pengaruh-lingkungan-dalam-pandangan-islam/
http://absoluterevo.wordpress.com/2011/04/30/cara-melatih-anak-cepat-menghafal-al-quran/
http://mangunbudiyanto.wordpress.com/2010/12/09/mempertanyakan-pembelajaran-membaca-al-quran-untuk-usia-taman-kanak-kanak/
http://keyzaja.blogspot.com/2010/01/metode-metode-penelitian-tafsir.html

No comments: