Thursday, February 12, 2009

ILMU FARDHU KIFAYAH Mengupas Sisi Pragmatis Pendidikan Islam Adalah menjadi sebuah perdebatan di kalangan para pemikir pendidikan Islam tentang konse

Adalah menjadi sebuah perdebatan di kalangan para pemikir pendidikan Islam tentang konsep yang tepat untuk menerjemahkan istilah pendidikan. Sementara ketepatan konsep memiliki konsekuensi teoritis dan praktis terhadap aktivitas pendidikan karena sebuah bahasa memproyeksikan sebuah pandangan hidup, justru yang terjadi pada umat adalah ketidaksepakatan tentang apakah pendidikan itu dikonsepkan dengan istilah tarbiyah, ta’lim atau ta’dib.
Walaupun demikian, umumnya para ulama kita hanya berikhtilaf pada dataran konsepnya saja, tetapi secara substansi mereka berijma’ bahwa pendidikan dalam Islam mencakup pendidikan dan pembinaan manusia dalam seluruh dimensinya; rohani, akal dan jasmani. Jadi, secara konseptual pendidikan Islam memiliki sisi pragmatisnya dalam usaha menyiapkan keterampilan anak menghadapi dunia.
Dalil yang paling jelas menunjukkan tentang sisi pragmatis pendidikan Islam adalah petunjuk al-Qur’an agar kita jangan sampai meninggalkan generasi yang lemah. Berdasarkan paradigma ini, maka pendidikan Islam itu harus menyiapkan generasi yang kuat; kuat secara aqidah dan juga ekonominya. Itulah sebabnya, materi pendidikan Islam itu bersifat integral; memadukan antara ilmu fardhu ain dan ilmu fardhu kifayah. Perlu kita tegaskan, pada konsep Islam tentang ilmu fardhu kifayah inilah kita menemukan aspek pragmatis pendidikan Islam; yaitu displin ilmu yang berusaha memberi bekal kepada anak menghadapi dunianya.
Namun pemikiran pragmatis pendidikan Islam berorientasi maslahat ammah. Itulah sebabnya, seperti yang dikatakan oleh al-Attas, penentuan ilmu fardhu kifayah tidak hanya semata-mata berdasarkan kepentingan individu saja, tetapi juga harus ditentukan oleh negara. Di sinilah kita menemukan titik penting peran dan tanggung jawab negara terhadap pendidikan warganya dalam kompetisi global. Pada konteks ini juga, kita akan mendapat alasan yang kuat tentang harus adanya suatu study konfrehensif tentang apa yang paling kita butuhkan. Saya ingin mengusulkan pemikiran pragmatis pendidikan Islam ini harus mengacu pada konsep dharuriyat, hajiyat dan tahsiniyat yang dibimbing oleh fiqh prioritas.
Sisi pragmatis dari pendidikan Islam adalah tanggung jawabnya dalam menyiapkan kemampuan spriritual, emosional, konseptual dan keterampilan anak secara integral dan seimbang dalam berdealektika dengan jaman global. Mengingat sifat jaman sekarang ini memiliki tingkat durasi perubahan yang sangat cepat, maka pendidikan yang kita ciptakan harus bersifat futuristik antisifatif; sebuah pendidikan yang mampu mengahadapi dan merespon secara cerdas dari segala kemungkinan-kemungkinan yang lahir dari konsekuensi perubahan jaman tersebut, dan pada waktu yang sama menyiakan kemapuan serupa. Anak didik harus diberi bekal yang cukup kuat dengan pemikiran dan kemampuan berindak secara antisifatif. Demikian juga berdasarkan watak jaman yang memiliki tingkat persaingan yang sangat ketat, maka anak-anak didik yang dihasilkan haruslah memiliki kemampuan bersaing dan sebisa mungkin memiliki semua persyaratan untuk menjadi pemenang. Ringkasnya adalah membangun sumber daya manusia yang unggul.
Hanya saja semua kerangka dari semua aktivitas ilmiah dan amaliyah mereka haruslah berorientasi kepada rahmatan lil ‘alamin sesuai dengan visi misi risalah Islam. Konsep rahmatan lil alamin inilah yang menjadi basis pendidikan Islam yang harus berwawasan global. Karena itu, misi yang sesungguhnya dari pembelajaran dan penguasaan terhadap ilmu fardhu kifayah adalah memberi bekal kemampuan keterampilan kepada umat menjadi pemimpin manusia (ustadzatul ‘alam) atau paling minim menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri untuk menjaga nilai-nilai kemerdekaannya, setelah sebelumnya atau secara bersamaan, mendapat ilmu fardhu ain sebagai bekal spiritual menyiapkan kemampuan rohani dan emosi yang membangun rasa percaya dirinya menjadi pemimpin karena sebagai muslim dia adalah manusia terbaik
Hal lain yang perlu juga ditegaskan menyangkut tentang sisi pragmatis ilmu fadhu kifayah, bahwa merujuk pada konsep alam yang tidak hanya mengacu pada alam dunia semata, tetapi juga mencakup alam hewani, tambang dan nabati, maka pengembangan ilmu fadhu kifayah sebagai salah satu usaha intelektual memenuhi sisi pragmatis manusia tidak boleh bersifat dan mengambil sikap seperi halnya orang-orang Barat yang berusaha mengeksploitasi alam secara habis-habisan tanpa lagi peduli pada keseimbangan ekologis alam, tetapi harus mengacu pada sikap dan prilaku menciptakan harmonisasi (tidak boleh bersikap serakah; zuhud) hubungan manusia dengan alam. Inilah prinsip-prinsip etika interaksi manusia dengan lingkungan di dalam Islam, karena dalam konsepsi Islam (tashawwur al-Islami atau ru’yatun Islam li al-wujud) alam juga adalah makhluk Allah. Karena itu, manusia dalam hubungannya dengan kehidupan duniawinya diposisikan sebagai khalifatullah yang bertanggung jawab mengelola dan memakmurkan dunia dengan nilai-nilai Allah.

No comments: